Senin, 03 Juni 2013

Malam

Aku menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Menarik lagi.. Lalu membuangnya lagi. Aku memang selalu begitu bila sudah berhadapan dengan situasi seperti ini. Bukan gugup, tapi mencoba mengatur emosiku. Sepintas aku meliriknya, dia juga begitu. Mata kami bertabrakkan. Dia meraih tanganku dan meremasnya perlahan. Dia tersenyum, seolah ingin memberiku kekuatan. Tapi dia tidak tau, hatiku berkecamuk antara cemburu dan rasa bersalah.
                                                           
“Makan malam sudah siap.” Any berucap begitu memasuki ruang keluarga. Dia masih memakai celemek bermotif bunga.

“Ah.. ya..” Aku dan dia gelagapan. Seketika itu juga dia melepaskan tanganku yang tadi digenggamnya.

Tanpa Suara

Aku  mendengarkan  lagu yang di nyanyikan oleh teman-teman sekelasku. Alat bantu pendengaran yang terpasang dikupingku, membuatku bisa mendengar lebih jelas dari sebelumnya. Meski aku yakin pendengaran orang normal jauh lebih jelas daripada apa yang bisa aku dengar sekarang. Namun begitu, aku sudah merasa beruntung.

***

Aku menoleh saat merasakan tangan seseorang  memegang  pundakku. Dia tersenyum dan kubalas pula dengan senyuman. Dia menggerakan jari dan tangannya membentuk huruf- huruf yang kuartikan sebagai pertanyaan ‘sedang apa?’. 

Aku hanya mengangkat buku pelajaranku dan memperlihatkan gambar sampulnya.

Jari-jarinya bergerak lincah ‘ulangan Biologi kan lusa. ’

Aku membalasnya dengan gerakan jari pula ‘Banyak yang aku belum hafal, jadi aku harus belajar.’